Semarang - Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo masih memantau
proses ditangkapnya Bupati Klaten Sri Hartini oleh penyidik KPK pagi
tadi. Ganjar mengungkapkan kekecewaannya karena Sri merupakan kepala
daerah yang ikut menandatangani pakta integritas di KPK.
"Saya telepon ketua DPRD-nya tapi belum nyambung, coba Wakil Bupati, Pak Sekda tidak nyambung, semua handphone
mati. Tapi di inspektorat, kami proaktif untuk komunikasi dengan yang
di lokasi. Proses masih berjalan," kata Ganjar setelah mengukuhkan
sekitar 1.600 PNS, termasuk pejabat eselon II, di kompleks kantor
Gubernur Jateng, Jalan Pahlawan, Semarang, Jumat (30/12/2016).
Ganjar
menyebut penangkapan tersebut membuatnya kecewa terhadap Bupati Klaten.
Padahal dia sudah memperingatkan kepala daerah sejak adanya penangkapan
oleh KPK di Kabupaten Kebumen.
"Yang lebih dongkol lagi, kita,
teman-teman ini, sudah latihan dengan KPK pada saat itu membuat pakta
integritas, semua teken. Jadi mengencingi keputusan sendiri, ini
memalukan buat saya," tandas Ganjar.
Dari informasi sementara
yang diketahui Ganjar, penangkapan bupati tersebut terkait dengan suap
jabatan. Hal itu, menurutnya, kontradiktif karena bertepatan dengan
pelantikan PNS di lingkungan Pemprov Jateng yang prosesnya melalui
seleksi terbuka.
"Tentu saja di tengah kami melantik eselon I,
II, III, IV di Provinsi, kampanye saya seleksinya itu terbuka, kalau ada
bayar-bayar lapor ke saya biar saya copot sekarang. Saya sedih kalau
OTT (operasi tangkap tangan) ceritanya soal suap ingin duduk jabatan.
Kontradiktif," ujarnya.
Diketahui, Bupati Klaten Sri Hartini dan
sejumlah pihak ditangkap KPK pagi tadi terkait dengan kasus suap. PDI
Perjuangan, yang merupakan partai pengusung Sri, pun dengan tegas
memecatnya.
Jubir KPK Febri Diansyah ketika dimintai konfirmasi
mengatakan, selain Bupati Klaten, ada sejumlah pihak yang ditangkap.
Diduga OTT ini dilakukan terkait dengan praktik suap-menyuap. Belum
diketahui terkait dengan apa suap-menyuap tersebut.
sumber: news.detik.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar